• Panti Asuhan Muhammadiyah Semampir Kader Hafidz Dan Kader Atlit

    Dukung Kami Dengan Donasi Via Rekening A.N Panti Asuhan Muhammadiyah Semampir BSI 1042029234 BNI 7070337077 Bank Muamalat 7020036458 BANK Jatim 0952058444 Bank Jatim Syariah 6162006591.

  • TAMPAK DEPAN PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH SEMAMPIR

    Dukung Kami Dengan Donasi Via Rekening A.N Panti Asuhan Muhammadiyah Semampir BSI 1042029234 BNI 7070337077 Bank Muamalat 7020036458 BANK Jatim 0952058444 Bank Jatim Syariah 6162006591.

  • SALURKAN ZAKAT - INFAQ TERBAIK ANDA, KAMI SIAP MENJEMPUTNYA

    Dukung Kami Dengan Donasi Via Rekening A.N Panti Asuhan Muhammadiyah Semampir BSI 1042029234 BNI 7070337077 Bank Muamalat 7020036458 BANK Jatim 0952058444 Bank Jatim Syariah 6162006591.

  • YuK DONASI UNTUK KADER HAFIDZ

    Dukung Kami Dengan Donasi Via Rekening A.N Panti Asuhan Muhammadiyah Semampir BSI 1042029234 BNI 7070337077 Bank Muamalat 7020036458 BANK Jatim 0952058444 Bank Jatim Syariah 6162006591.

  • KADER - KADER HAFIDZ DAN ATLIT

    Dukung Kami Dengan Donasi Via Rekening A.N Panti Asuhan Muhammadiyah Semampir BSI 1042029234 BNI 7070337077 Bank Muamalat 7020036458 BANK Jatim 0952058444 Bank Jatim Syariah 6162006591.


TERIMA KASIH TELAH MENGUNJUNGI MEDIA RESMI KAMI <><><><><><>Selamat membaca<><><><><><>Semoga Kehadiran MEDIA Kami Bermanfaat Bagi Para Pembaca

Lima Sapi untuk Senyum Yatim di Hari RayaPanti Asuhan Muhammadiyah Semampir Gelar Qurban Penuh Cinta



SURABAYA – Suasana berbeda terasa di halaman Panti Asuhan Muhammadiyah Semampir, Senin (6/6). Sejak pagi, lantunan takbir bergema di tengah hiruk-pikuk persiapan penyembelihan hewan qurban. Anak-anak panti tampak ceria, menyambut Hari Raya Idul Adha dengan semangat dan senyum yang tulus.

Tahun ini, panti asuhan yang terletak di kawasan Semampir, Surabaya Utara itu menyembelih lima ekor sapi. Jumlah yang cukup besar dan penuh berkah bagi para penghuni panti maupun masyarakat sekitar.

“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur atas kepercayaan dari para donatur. Tahun ini kami bisa menyembelih lima sapi. Ini bentuk kepedulian yang luar biasa dari masyarakat terhadap anak-anak di sini,” ungkap Ahmad Fathullah, Kepala Panti Asuhan Muhammadiyah Semampir.

Proses penyembelihan dilakukan secara tertib dan sesuai syariat. Anak-anak panti pun turut membantu dalam proses pengemasan daging. Meski masih kecil, mereka terlihat antusias dan senang bisa ikut terlibat.

“Anak-anak kami ajak belajar arti dari qurban, bukan hanya menerima. Mereka juga belajar berbagi, belajar ikhlas,” tambah Fathullah.

Daging qurban kemudian dibagikan kepada lebih dari 400 penerima manfaat, mulai dari anak-anak panti, para pengasuh, hingga warga sekitar yang membutuhkan. Semuanya dilakukan dengan semangat gotong royong dan kepedulian sosial.

Salah satu warga penerima menyampaikan rasa syukurnya. “Setiap tahun saya berharap bisa kebagian. Alhamdulillah, tahun ini dapat. Terima kasih kepada panti dan para donatur. Semoga barokah.”

Bagi Panti Asuhan Muhammadiyah Semampir, Idul Adha bukan sekadar ritual tahunan. Tapi juga momen untuk menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan dan menebarkan cinta kepada sesama. Lima ekor sapi yang disembelih bukan hanya daging, tapi juga simbol kasih sayang dan kepedulian yang tak pernah putus.


Share:

Menenun Cahaya Ilahi: Anak-anak Panti Asuhan Muhammadiyah Semampir Khusyuk Mengaji di Tengah Senyap Malam

Surabaya – Dalam keheningan senja yang mulai turun di kawasan Wonokusumo Wetan, suasana di Panti Asuhan Muhammadiyah Semampir justru terasa hangat dan penuh berkah. Di Panti sederhana itu, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an mengalun merdu, dibacakan oleh anak-anak panti dengan suara yang lembut namun penuh keteguhan hati.

Kegiatan mengaji rutin ini bukan hanya bagian dari program pembinaan keagamaan, melainkan juga menjadi ruang ketenangan, tempat mereka menata hati dan memperkuat harapan. Di bawah bimbingan para ustadz dan santri pendamping, para anak asuh belajar membaca, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur'an sebagai bekal kehidupan.

> “Saya senang mengaji karena hati saya jadi tenang. Rasanya seperti bicara langsung dengan Allah,” ujar Akbar, salah satu anak panti, sambil memegang mushaf miliknya.

Setiap malam selepas Maghrib, anak-anak berkumpul dengan pakaian rapi, duduk melingkar di ruang belajar. Beberapa masih terbata mengeja huruf hijaiyah, yang lain sudah fasih melantunkan surat panjang. Tak ada canda berlebihan, yang terdengar hanya suara lirih yang bersahut-sahutan.

Ahmad Fathullah, M.Pd., Kepala LKSA Muhammadiyah Semampir, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar rutinitas keagamaan, tetapi juga bentuk terapi spiritual yang menguatkan karakter dan mental anak-anak dalam menghadapi masa depan.

> “Mereka ini anak-anak yang dititipkan oleh Allah dengan perjalanan hidup yang tak mudah. Tapi melalui Al-Qur’an, kami ingin mereka tumbuh menjadi pribadi tangguh dan berakhlak mulia,” jelasnya.

Kegiatan mengaji ini juga menjadi jembatan kebersamaan, di mana anak-anak saling mendukung dan memperbaiki bacaan satu sama lain. Tak jarang, mereka saling memberi semangat, terutama kepada yang baru belajar.

Di tengah derasnya arus teknologi dan tantangan zaman, pemandangan anak-anak panti yang tekun mengaji ini menjadi pengingat yang indah: bahwa cahaya Al-Qur’an akan selalu menemukan ruangnya, bahkan di hati-hati kecil yang sedang mencari arti.
Share:

Dua Santri LKSA Muhammadiyah Semampir Mulai Rasakan Makna Pengabdian di Masyarakat


pamsemampir — Pengabdian kepada masyarakat bukan hanya tanggung jawab akademisi atau aktivis sosial. Hal itu kini mulai dijalani oleh dua santri dari Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Muhammadiyah Semampir, Surabaya, yang tengah menjalani proses pembinaan karakter melalui kegiatan pengabdian langsung di tengah masyarakat.

Dalam program ini, kedua santri terlibat aktif dalam kegiatan sosial seperti membantu anak-anak belajar, mendampingi kegiatan keagamaan warga, hingga mendukung program lingkungan di sekitar wilayah binaan. Mereka tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi turut mengambil peran penting dalam merancang dan menjalankan aktivitas tersebut.

Kegiatan ini menjadi bagian dari program pembinaan terpadu yang dikembangkan LKSA Muhammadiyah Semampir, dengan tujuan membentuk santri yang bukan hanya cakap secara akademik, tetapi juga peka terhadap problematika sosial di sekitarnya.

“Ini pengalaman pertama saya berinteraksi langsung dengan masyarakat di luar panti. Ternyata, banyak pelajaran hidup yang bisa saya ambil. Saya merasa lebih percaya diri dan bersemangat,” ujar salah satu santri dengan antusias.

Kepala LKSA Muhammadiyah Semampir, AhmadFathullah, M.Pd., menyatakan bahwa kegiatan ini dirancang untuk menumbuhkan nilai empati, kepedulian sosial, dan semangat berbagi dalam diri para santri.

“Kami ingin menanamkan bahwa setiap santri punya potensi untuk menjadi agen perubahan. Mereka harus siap tidak hanya menerima bantuan, tapi juga menjadi pemberi manfaat bagi orang lain,” ungkapnya.

Menurutnya, kegiatan semacam ini akan terus dikembangkan agar semakin banyak santri yang mendapatkan pengalaman serupa. Pihak LKSA juga berencana menjalin kolaborasi dengan berbagai komunitas dan lembaga lokal agar program pengabdian ini lebih terstruktur dan berdampak luas.

Langkah kecil dua santri ini menjadi cerminan misi besar yang diemban oleh LKSA Muhammadiyah Semampir: membentuk generasi muda yang tangguh, berjiwa sosial, dan siap hadir di tengah masyarakat sebagai pelita harapan.

Penulis: Tim Humas LKSA Muhammadiyah Semampir

Editor: Eko Stiawan
Alamat: Wonokusumo Wetan No 3 Kota Surabaya
Kontak: 0821-4334-8433
Share:

Pancasila sebagai Kompas Moral Generasi Muda Menuju Indonesia Emas 2045

Guru dan Relawan Sosial – Surabaya
---

Pendahuluan

Pancasila bukan sekadar dasar negara, melainkan jati diri bangsa Indonesia yang menyatukan keragaman etnis, budaya, dan agama. Di tengah derasnya arus globalisasi dan transformasi digital, nilai-nilai Pancasila menghadapi tantangan serius—terutama di kalangan generasi muda. Seruan Presiden Prabowo Subianto dalam pidatonya pada Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2025, menjadi pengingat bahwa generasi muda harus menjadi motor penggerak pengamalan Pancasila di kehidupan nyata, bukan hanya dalam hafalan dan simbol.

Tantangan Ideologis Generasi Muda

1. Krisis Keteladanan dan Individualisme Digital

Perkembangan media sosial dan budaya digital telah menciptakan generasi yang sangat visual, cepat, dan praktis. Namun, di sisi lain, ini melahirkan kecenderungan instan, narsistik, bahkan apatis terhadap masalah sosial. Nilai gotong royong dan kepedulian yang menjadi roh Pancasila perlahan tergeser oleh budaya “aku duluan”.

2. Radikalisme dan Polarisasi Sosial

Di dunia maya, persebaran informasi tak terkendali membuat generasi muda rentan terpapar paham-paham intoleran dan ekstrem. Keberagaman yang seharusnya menjadi kekuatan malah dijadikan alat untuk membelah. Ini menjadi ancaman nyata terhadap sila ketiga: Persatuan Indonesia.

3. Pragmatisme dan Ketidakpercayaan terhadap Institusi

Sebagian generasi muda mulai mempertanyakan kejujuran pemerintah, hukum, bahkan pendidikan. Ketika keadilan sosial sulit ditemukan dalam praktik, mereka bisa menjadi sinis terhadap Pancasila sebagai ideologi negara.


---

Menghidupkan Kembali Pancasila: Jalan Strategis

1. Revitalisasi Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila harus kembali didekati secara humanis dan aplikatif. Bukan sekadar hafalan sila dan sejarahnya, melainkan dengan studi kasus, simulasi konflik, dan proyek sosial yang menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial.

2. Digitalisasi Nilai-nilai Pancasila

Generasi muda hidup di ruang digital. Maka, konten-konten edukatif yang membumi—seperti animasi pendek, podcast kebangsaan, atau serial mini di media sosial—harus diciptakan dan dikembangkan. Nilai-nilai Pancasila harus hidup dalam dunia yang mereka tinggali.

3. Gerakan Sosial Berbasis Nilai

Gerakan seperti bank sampah, relawan bencana, kelas literasi anak marginal, atau komunitas inklusi dapat menjadi sarana aktualisasi nilai Pancasila. Ini sekaligus membangun karakter sosial, empati, dan solidaritas—hal-hal yang kini makin langka.

4. Pemuda sebagai Aktor Perubahan

Presiden Prabowo dalam pesannya menyebut, “Pemuda jangan hanya bangga menjadi generasi emas karena usia atau jumlah, tapi karena karya dan kontribusi.” Kalimat ini mengandung makna bahwa generasi muda harus menjadi subjek aktif pembangunan, bukan objek pasif yang menanti perintah.
---

Menuju Indonesia Emas 2045: Pancasila sebagai Fondasi

Visi Indonesia Emas 2045 menargetkan Indonesia menjadi negara berdaulat, adil, makmur, dan berdaya saing global. Untuk mencapainya, diperlukan generasi muda yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga tangguh secara moral. Pancasila adalah jembatan menuju masa depan itu—bukan sekadar warisan, tapi bekal utama.

Tanpa pengamalan Pancasila secara utuh, Indonesia mungkin akan tumbuh secara ekonomi, tapi rapuh secara sosial dan ideologis. Maka, masa depan Indonesia sangat tergantung pada sejauh mana generasi mudanya menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup.

---

Penutup

Peringatan Hari Lahir Pancasila tidak cukup dirayakan dengan upacara seremonial. Ia harus menjadi titik tolak refleksi mendalam: apakah Pancasila masih hidup dalam keseharian kita, atau hanya tinggal dalam pidato dan spanduk? Generasi muda harus tampil sebagai penjaga nilai, pembawa perubahan, dan pemilik masa depan bangsa.

Membumikan Pancasila di era digital dan global adalah tantangan, tapi juga kesempatan emas. Dan itu dimulai dari satu pertanyaan: “Apa yang sudah aku lakukan hari ini agar Pancasila tak sekadar dihafal, tapi dirasakan?”
Share:

LKSA Muhammadiyah Surabaya Jalin Kerja Sama Strategis dengan LKSA Muhammadiyah Pacet, Dorong Penguatan Layanan Sosial

Pacet, Mojokerto – 31 Mei 2025
Dalam rangka memperkuat sinergi antar Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), LKSA Muhammadiyah Surabaya melakukan kunjungan resmi ke LKSA Muhammadiyah Pacet, Sabtu (31/5). Kegiatan ini berlangsung di Villa Wahyu, yang dikelola langsung oleh Ustadz Rifa’i selaku Kepala LKSA Muhammadiyah Pacet.

Rombongan LKSA Muhammadiyah Surabaya dipimpin oleh Ahmad Fathullah, M.Pd., Kepala LKSA Muhammadiyah Semampir Surabaya. Kunjungan tersebut bertujuan mempererat silaturahmi kelembagaan sekaligus membahas strategi peningkatan mutu layanan sosial anak yang profesional, Islami, dan berbasis komunitas.

> “Kami percaya bahwa kekuatan pelayanan sosial Muhammadiyah terletak pada kolaborasi. Kunjungan ini menjadi ruang untuk menyatukan visi dan saling belajar dalam pengelolaan lembaga,” ujar Ahmad Fathullah.



Diskusi antara kedua pihak mencakup beragam isu strategis, mulai dari sistem pengasuhan, penguatan SDM, tantangan pendanaan lembaga, hingga rencana kerja sama program lintas wilayah. Pertemuan juga menjadi wadah pertukaran praktik baik antar-LKSA, serta penyusunan agenda kolaboratif ke depan.

Ustadz Rifa’i menyampaikan apresiasinya atas kunjungan tersebut.

> “Silaturahmi ini bukan hanya memperkuat relasi antar lembaga, tapi juga menjadi motivasi untuk terus bergerak memberi manfaat yang lebih luas bagi anak-anak asuh dan masyarakat,” ungkapnya.



Rangkaian kunjungan ditutup dengan sesi foto bersama dan kesepakatan untuk terus menjalin komunikasi aktif serta menyusun langkah konkret menuju penguatan layanan sosial berbasis keummatan.
Share:

Lokasi Panti

Narahubung